Minggu, 22 Juni 2008

Sajak Heru Susanto

Menunggu dalam Raungan Desir

hermawati di tanggul sunyi

(desir tak putus menghampir

lalu ikat malam ungu di matamu

dan menyeruak di sela igaku)

saat bernafas, aku ingin buru jiwamu

saat terlepas, kau seakan pergi cepat bergegas

aku menjaringmu dalam renungan

pemikiran yang kuliarkan sering merenggutmu

seperti keratan-keratan filsafat yang tidak pernah terpadat

”kau tidak serius?”, letupan bibir chinamu

aku mulai mengabur angin

melesat, mungkin tersesat dalam

lumat yang terlalu dekat tapi tak pernah sempat

ah…, aku mencintaimu:

dari bongkahan-bongkahan

dada yang tak sempat kau percaya

Surabaya, Juni 20008

1 komentar:

Bang CurutPerkutut mengatakan...

huh, bikin aku gimana getong (cembokur maksudnya), huh lagi deh!