Menunggu dalam Raungan Desir
hermawati di tanggul sunyi
(desir tak putus menghampir
lalu ikat malam ungu di matamu
dan menyeruak di sela igaku)
saat bernafas, aku ingin buru jiwamu
saat terlepas, kau seakan pergi cepat bergegas
aku menjaringmu dalam renungan
pemikiran yang kuliarkan sering merenggutmu
seperti keratan-keratan filsafat yang tidak pernah terpadat
”kau tidak serius?”, letupan bibir chinamu
aku mulai mengabur angin
melesat, mungkin tersesat dalam
lumat yang terlalu dekat tapi tak pernah sempat
ah…, aku mencintaimu:
dari bongkahan-bongkahan
dada yang tak sempat kau percaya
Surabaya, Juni 20008
1 komentar:
huh, bikin aku gimana getong (cembokur maksudnya), huh lagi deh!
Posting Komentar